Hari ini adalah 102 tahun Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah).
Seseorang yang yang berperan penting bagi masyarakat pada masanya. Ia adalah
seorang yang multitalented. Ia piawai sebagai orator, sastrawan,
budayawan, dan agamawan. Namanya tak hanya dikenal dalam lingkup nasional,
tetapi juga internasional.
Saat muda, ia tak berbeda dengan
pemuda zaman sekarang. Ia kerap kali melakukan kenakalan-kenakalan remaja saat
itu. Berjudi dan sabung ayam. Namun, dalam perjalanannya ia berhasil menjadi
pemuda yang berperan penting bagi pendidikan. Namanya diabadikan menjadi nama
perguruan tinggi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA).
Pemuda masa kini dapat menjadikannya
panutan. Terlebih lagi bagi mereka yang berkuliah di UHAMKA. Ironisnya, banyak
mahasiswa yang tidak mengenal sosoknya. Hal ini disebabkan kerena keengganan
mereka mengenal sejarah. Padahal, sejarah adalah wacana penting bagi
kelangsungan hidup selanjutnya. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mencegah
pengulangan kesalahan pada masa lampau. Selain itu, kita jadi tahu pola pikir
para pelaku sejarah yang berperan dalam keberlangsungan hidup kebangsaan.
Pemuda-pemudi sejarah memiliki pola pikir modern. Pikiran mereka
berorientasi pada masa depan bangsa.
Banyak daerah-daerah di Indonesia
yang menjadi saksi keberanian para pemuda menyongsong desingan peluru demi
cita-cita kemerdekaan yang diidam-idamkan. Begitu juga dalam sejarah dakwah
Islam, pemuda memegang peranan penting. Ibnu Abbas berkata: “Tidak ada
seorang Nabi pun yang diutus Allah melainkan ia (dipilih) dari pada kalangan
pemuda saja. Begitu juga tidak seorang alim pun yang yang diberi ilmu
pengetahuan melainkan (hanya) dari pada kalangan pemuda saja.” (Tafsir Ibnu
Katsir: III/63)
Prihatin sekali melihat pemuda
sekarang hidup dalam arus globalisasi yang tidak sepadan dengan budaya bangsa.
Globalisasi yang seharusnya menjadi momok positif bagi perkembangan pola pikir
mereka justru menyebabkan banyak kekeliruan antara perbedaan nilai kehidupan
Barat dengan nilai-nilai ketimuran milik bangsa ini. Hal ini dikarenakan
ketidaksiapan masyarakat menghadapi globalisasi.
Globalisasi menjadikan masyarakat,
khususnya kaum muda, terlempar jauh dari idealisme ketimuran. Dari satu sudut
pandang, mereka tetap orang Timur, tetapi dari dari sudut pandang lain,
pemikiran, perasaan dan tingkah laku mereka dicemari oleh kebudayaan Barat yang
mereka telan mentah-mentah tanpa Hilangnya jati diri dan
semangat kebangsaan disebabkan oleh monster yang disebut hedonisme.
Oleh karena itu, kaum muda perlu
dibangkitkan semangat kebangsaannya dengan pemahaman kemuliaan budaya bangsa
sendiri. Indonesia memerlukan pemuda-pemudi yang berkualitas seperti Buya Hamka
muda yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, serta keberanian yang tak
mampu diperjualbelikan.(ndigun)
Bismillahirrohmaanirrohiim,,,
Mendegar
kata pemuda saja, pasti hal pertama yang terlintas di kepala kita adalah
tentang semangat, enerjik, dan juga idealisme. Ya, memang sederetan kata itulah
yang kurang lebih menggambarkan betapa hebatnya kobaran perubahan yang diusung
oleh kelompok pemuda ini. Kita ketahui bersama juga bahwa pemuda merupakan
tokoh “pertengahan” antara anak-anak dan orang tua. Dengan peranannya yang
cukup strategis tersebut, seorang pemuda mampu menyuarakan perbaikan secara
lebih kuat dan tegas. Demikianlah adanya, potensi pemuda sungguh tak diragukan
lagi keshahihannya.
Dari
paparan awal di atas, sudah jelas dapat kita tarik pemahaman bersama bahwa
memang pemudalah yang patut diharapkan dan diimpikan sebagai salah satu strata
yang ada di dalam masyarakat untuk membawa negeri ini menuju ke arah yang lebih
baik, sampai pada Indonesia Jaya Merdeka Selamanya.
Hanya
saja, di samping potensi yang luar biasa tersebut, kita pun patut menyoroti
tentang keadaan pemuda di era modern ini di mana ketika kemungkaran telah
merajalela, kemaksiatan hadir di depan mata tanpa jeda, dan tak ketinggalan hedonisme
kehidupan yang semakin terbuka. Sungguh miris melihat kenyataan yang tak dapat
dielakkan tersebut. Sudah idealkah apa yang selama ini kita seru-serukan bahwa
pemuda sebagai pemain utama dalam perubahan? Tentu diantara para sekian juta
pemuda yang ada di Indonesia ini tidak semuanya masuk dalam kriteria yang
diharapkan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah pemuda yang bagaimana yang
patut menjadi harapan bangsa Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
berikut ini adalah jawabannya:
- Pemuda yang mengakui akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah Subhanahu Wata’ala
- Pemuda yang memiliki akhlak mahmudah disertai ilmu yang mumpuni sesuai bidangnya
- Pemuda yang tidak anti untuk menyuarakan kebenaran di tengah pusaran kebatilan
- Pemuda yang memiliki integritas tinggi terhadap Islam, bangsa dan negaranya, yaitu Indonesia Jaya menuju Indonesia Raya
- Pemuda yang cinta akan persaudaraan, menyebarkan kebaikan, dan mencegah daripada kemungkaran dan kemaksiatan
Demikianlah
pemuda, di dalam dirinya tersimpan kekuatan yang besar dan menjadi semakin
besar ketika ditempa sesuai dengan kadarnya. Langkah praktis untuk menjadi
Pemuda Pemimpin Perubahan hanyalah ada tiga hal: 1)Berbekal Ilmu sebagai dasar
untuk bertindak; 2)Menyuarakan Perubahan agar tergugah kesadaran masyarakat;
dan 3)Laksanakan dengan amal perbuatan agar menjadi teladan bagi umat. Sungguh,
tiada kejayaan bangsa ini akan didapatkan jika pemudanya tidak berpegang teguh
pada prinsip yang menyadarkan dirinya darima ia berasal? Untuk apa dia tetap
ada di dunia? Dan akan kemana nantinya setelah meninggalkan dunia?
Wahai
Para Pemuda Bangsa Indonesia..!!!! Di tengah gejolak ketidakadilan dan
kemerosotan harga diri bangsa ini, Harapan itu Masih Ada…!!!! Dan ENGKAU-lah
salah satu tokoh yang berperan di dalamnya. Jika Engkau enggan untuk mengambil
peran dalam kepemimpinan bangsa, maka sudah dapat dipastikan pada beberapa
tahun yang akan datang, sudah tidak didengar lagi nama BANGSA INDONESIA.
Salam
Semangat Menuju Perubahan
Pemuda
Pemimpin Perubahan dan Mencetak Peradaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar